Kamis, 05 Maret 2015

Danau Kelimutu -Danau 3 Warna


Indonesia merupakan sebuah negara dengan banyak pusat wisata, dan Danau Kelimutu yang terletak di pulau Flores, merupakan tempat yang menjadi tujuan wisata orang-orang baik di dalam maupun di luar negeri. Yang membuat danau yang ada di gunung dengan nama sama di Desa Pemu, Kelimutu ini adalah karena ketiga danau yang ada dalam satu kawah ini memiliki tiga warna yang berbeda-beda. Sangat sedikit literatur ilmiah mengenai sejarah terbentuknya danau Kelimutu – danau 3 warna ini, menyebabkan segala sesuatu yang berbau ilmiah kalah dengan unsur mistis dan hikayat tradisional yang berkembang di masyarakat.
Sejarah-Terbentuknya-Danau-Kelimutu-–-Danau-3-Warna Sejarah Terbentuknya Danau Kelimutu – Danau 3 Warna

Literatur Ilmiah Danau 3 Warna

Meskipun hampir tidak ada literatur ilmiah tentang sejarah terbentuknya danau Kelimutu – danau 3 warna ini, tidak menghentikan pembelajaran tentang danau yang warnanya selalu berubah-ubah tersebut. Sejak pertama kali ditemukan oleh seorang komandan militer Belanda bernama B. van Suchtelen pada tahun 1915, Kelimutu mulai menyambut ketenarannya terutama setelah Y. Bouman melukiskannya lewat tulisan di tahun 1929. Karena tulisan tersebut, mulai banyak wisatawan, terutama wistawan asing yang datang demi menikmati keindahan danau. Keindahan dan keunikan tiga warna dari danau ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan, tapi juga peneliti yang merasa kurangnya literatur ilmiah tentang danau ini. Bagi masyarakat sekitar Kelimutu, danau ini tidak lebih dari danau yang angker karena legenda masyarakat yang ada di kawasan tersebut.
Nama Kelimutu sendiri dipercaya adalah gabungan dari kata keli yang memiliki arti gunung, dan kata mutu yang berarti mendidih. Secara harfiah, Kelimutu dapat diartikan sebagai “gunung mendidih” dengan warna air yang berbeda. Warna-warna yang ada adalah biru, merah, dan hijau. Nama dari danau yang berwarna biru adalah Tiwu Ata Bupu/Mbupu yang berarti “danau orang tua”. Sedangkan untuk danau warna hijau namanya Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, yang memiliki arti “danau muda-mudi”. Danau yang terakhir dan memiliki warna merah disebut Tiwu Ata Polo, danau sihir.
Danau 3 warna ini amat menarik bagi para ahli geologi, karena meskipun mereka ada dalam bagian gunung api yang sama, warna yang dihasilkan oleh ketiga danau ini bisa berbeda. Penjelasan dari petugas lokal yang ada di Taman Nasional Kelimutu adalah perubahan warna ini merupakan hasil dari reaksi kimia yang muncul dari mineral-mineral di dasar danau yang mungkin terpicu oleh aktivitas gas vulkan. Danau ini sendiri telah menjadi sumber dari erupsi phreatic di masa lalu, dengan puncak summit yang tingginya mencapai 1639 m.
Pada masa-masa awal pengembangan taman nasional di area Kelimutu, terjadi beberapa masalah dengan komunitas lokal tentang penggunaan sumber daya yang ada. Meki begitu, sekarang para forest ranger sudah mulai membangun hubungan yang cukup baik dengan masyarakat desa sekitar, dan dari sisi manajemen juga menjadi jauh lebih baik. Kelimutu sendiri merupakan satu dari pegunungan yang disebut ribu, yaitu kelompok gunung dengan tinggi lebih dari 1.000 m. Untuk akses ke Kelimutu sendiri salah satu yang paling mudah adalah menggunakan pesawat dari Bali menuju bandar udara Ende, dimana kemudian dilanjutkan dengan menggunakan mobil dari Ende ke Mondi yang membutuhkan waktu 3 jam. Dari Moni, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan dari taman Kelimutu sejauh 13 km yang ditempuh selama 45 menit.

Legenda Masyarakat Tentang Kelimutu

Selain dari sumber-sumber ilmiah, sejarah terbentuknya danau Kelimutu – danau 3 warna juga ada dalam hikayat masyarakat sekitar. Pada kisah ini, diceritakan bahwa di masa lalu, puncak gunung Kelimutu yang disebut juga dengan nama Bhua Ria yang berarti “hutan lebat penuh awan”, tinggallah Konde Ratu dengan rakyat-rakyatnya. Dari kumpulan rakyat tersebut, ada dua orang yang menonjol yaitu Ata Polo, seorang penyihir yang dinilai kejam karena suka memangsa manusia, dan Ata Bupu, seorang yang amat senang berbelas kasih dan satu-satunya yang mampu menangkal sihir milik Ata Polo. Meskipun keduanya memiliki kemampuan sihir yang luar biasa dan sifatnya bertolak belakang satu sama lain, mereka berdua berteman baik dan hormat pada Konde Ratu.

Di masa itu, kehidupan yang terjadi di Bhua Ria sama seperti kehidupan di daerah lain, tenang dan biasa saja. Hal ini berubah ketika sepasang Ana Kalo (yatim piatu) datang dan meminta tolong kepada Ata Bupu untuk melindungi mereka karena kedua orang tuanya telah tiada. Hal ini disetujui Ata Bupu dengan syarat mereka tidak boleh meninggalkan ladang milik Ata Bupu, takut mereka akan menjadi mangsa Ata Polo.
Kecemasan Ata Bupu terbukti ketika Ata Polo datang menjenguk dan mencium bau mangsa yang keluar dari kedua Ana Kalo. Ata Bupu memohon pada Ata Polo untuk paling tidak menunggu mereka dewasa sebelum memangsanya. Ketika dewasa dan menjadi Koo Fai dan Nuwa Muri, barulah sejarah terbentuknya danau Kelimutu – danau 3 warna terbentuk. Ata Bupu mencoba menghalau Ata Polo yang berusaha sekuat tenaga untuk memangsa para Ana Kalo, dan sadar tidak bisa mengalahkan Ata Polo, Ata Bupu memutuskan untuk kabur ke perut bumi. Ata Polo semakin menggila dan ketika sedang mengejar dua remaja tadi, ia juga ditelan bumi, sementara para remaja tewas karena gempa dan terkubur hidup-hidup. Tak lama, dari tempat Ata Bupu kabur ke perut bumi menyembul air berwarna biru yang diberi nama Tiwu Ata Bupu. Di tempat tewasnya Ata Polo juga keluar air, tapi berwarna merah darah dan diberi nama Tiwu Ata Polo. Sementara itu, di gua persembunyian para remaja muncul air berwarna hijau tenang dan bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai.
Nah itulah tadi penjelasan singkat mengenai Sejarah Terbentuknya Danau Kelimutu – Danau 3 Warna yang dikaji dari sudut pandang ilmiah dan juga legenda masyarakat sekitar. Semoga bermanfaat dan semoga semakin memperluas cakrawala pengetahuan kita semua. Baca juga artikel terkait mengenai Sejarah Terbentuknya Danau Toba dan Legendanya Dalam Masyarakat.

Komodo

Sejarah Komodo

  1. Komodo

    Nama komodo pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Hewan asli indonesia yang berasal dari pulau komodo ini ternyata merupakan reptil berbisa paling ganas di dunia dengan virus-virus yang dapat melumpuhkan mangsa dengan sangat cepat. Terbukti dari beberapa kasus penyerangan yang terjadi akhir-akhir ini.Sebuah studi baru telah menunjukkan bahwa Komodo (Varamus komodoensis) yang hidup di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, merupakan reptil berbisa paling mematikan di dunia saat ini.Rahasia kemampuan membunuh mangsa dari hewan reptil Komodo ternyata terletak pada kombinasi kekuatan gigitannya dan racun berbisa yang dikeluarkan ribuan kelenjar-kelenjar yang terletak digusinya, yang dikeluarkan bersamaan dengan gigitan.Temuan ini mematahkan teori sebelumnya yang mengatakan bahwa kemampuan membunuh mangsa dari Komodo terletak pada air liurnya yang mengandung puluhan bakteria mematikan, yang dikeluarkan bersamaan dengan gigitan.Teori ini didasarkan pengamatan bahwa mangsa Komodo biasanya mati setelah beberapa jam mendapat gigitan yang berdarah, dan kemudian akan mati membusuk.Tak adanya taring yang kuat pada gigi Komodo, juga menunjukkan Komodo tak sepenuhnya binatang pemangsa Carnivora, sehingga sejak lama menjadi penelitian apa rahasia Komodo mematahkan mangsanya. Namun kini dengan teori diatas, sedikitnya tersedia sebuah jawaban rahasia kekuatan mematikan dari Komodo. Seorang peneliti yaitu Dr Bryan Fry dari Universitas Melbourne, Australia, yang menemukan teori ini, melakukan penelitian dengan menggunakan foto medis atau rontgen pada jaringan kepala Komodo.
    Ia menemukan adanya ribuan kelenjar kompleks yang berujung diantara deretan gigi-giginya, yang mempunyai kemampuan mengeluarkan bisa beracun yang mematikan.
    “Reptil ini biasanya menggigit mangsanya, dan kemudian meninggalkan mangsa yang berdarah hingga mati akibat luka yang mematikan. Kami sekarang tahu bahwa itu disebabkan oleh kombinasi kekuatan gigi dan kelenjar berbisa yang mematikan mangsa,” ujar Dr Fry.
    “Kombinasi gigitan dan bisa racun ini membuat Komodo sedikit melakukan kontak dengan mangsanya, ia cukup melukai dan menyeburkan racun, kemudian meninggalkannya. Membuat Komodo bisa menangkap mangsa yang lebih besar, tanpa harus lama bertempur yang juga akan berbahaya bagi dirinya,” ujar Dr Fry.
    Dr Fry kemudian juga melakukan analisa dengan menggunakan simulasi komputer, untuk mengukur tingkat ketajaman mematikan dari gigitan Komodo dibandingkan dengan gigitan binatang Carnivora lain seperti Buaya. Ternyata gigitan Komodo jauh lebih lemah dibandingkan dengan kemampuan gigitan Buaya.
    Dari sini timbul hipotesa tak mungkin Komodo mematikan mangsanya hanya mengandalkan pada gigitan, seperti umumnya Carnivora lain. Dari uji resonansi magnetik diperoleh gambaran adanya kelenjar komplek diantara gigi-gigi Komodo yang mengasilkan cairan bisa beracun, yang ditinggalkan bersama gigitan Komodo. “Kami percaya hewan reptil jenis Komodo mampu melumpuhkan mangsanya dengan bisa beracun yang meningkatkan kerusakan akibat gigitan gigi,” ujar Dr Fry.
    Para peneliti kini sedang meneruskan risetnya untuk mengetahui kandungan dan komposisi molekul bisa beracun yang dikeluarkan kelenjar Komodo. Efek dari bisa beracun juga diuji oleh para peneliti, yang menampakkan kesamaan pengaruh dengan bisa beracun yang dikeluarkan oleh kelompok ular, yang biasanya membuat shock mangsa.
    Hal ini bisa menerangkan kenapa mangsa Komodo biasanya menjadi diam saja setelah mendapatkan gigitan, karena menahan sakit akibat pengaruh bisa. Setelah digigit, mangsa biasanya juga mengeluarkan darah sebanyak-banyaknya.
    Para peneliti kemudian juga memeriksa kerangka fosil hewan reptil Komodo yang termasuk binatang purbakala ini, dan menemukan ciri-ciri kerangka binatang yang menggunakan bisa beracun untuk melumpuhkan mangsanya.
    Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa kadal raksasa sepanjang 7 meter ini adalah binatang berbisa terbesar yang pernah hidup di muka bumi.
    Berhati -hatilah jika Anda berada dekat dengan Reptil yang satu ini, karena bisa jadi Anda menjadi sasaran keganasannya karena jika tergigit, dipastikan korbannya tidak akan bertahan lama karena virusnya yang mematikan.
    Ada baiknya anda menghindar saja jika bertemu hewan reptil yang bernama komodo, demi keselamatan anda.]
    Komodo atau Biawak Komodo (Varanus komodoensis), merupakan spesies reptil terbesar di dunia yang terdapat di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara, Indonesia. Komodo yang ditemukan pertama kali oleh peneliti barat pada tahun 1910.
    Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satu diantara 3 satwa nasional Indonesia. Komodo sebagai satwa bangsa mendampingi burung elang jawa (satwa langka) dan ikan siluk merah (satwa pesona). Komodo juga ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Timur.
    Komodo dragon, biawak terbesar dan terunikKomodo dalam bahasa latin disebut sebagai Varanus komodoensis. Oleh masyarakat setempat biasa dinamakan Ora. Beberapa nama lain komodo seperti Biawak Komodo, Komodo Dragon, Komodo Island Monitor, dan Komodo Monitor.
    Habitat komodo yang hanya terdapat di beberapa pulau di Nusa Tenggara yang termasuk dalam wilayah Taman Nasional Komodo juga mendapat apresiasi di dunia internasional dengan lolosnya menjadi salah satu dari 28 finalis New 7 Wonders of Nature.
    Ciri-ciri dan Perilaku Komodo. Komodo (Varanus komodoensis) menjadi reptil terbesar di dunia yang mempunyai panjang tubuh mencapai 3 meter dan berat 70 kg. Spesimen liar terbesar yang ditemukan mempunyai panjang 3.13 meter dengan berat 166 kilogram (termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya). Meskipun untuk spesies komodo yang hidup di penangkaran mampu memiliki berat yang lebih besar.
    Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam masing-masing sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap berganti. Pada giginya terdapat jaringan gingiva yang sering tercabik saat makan. Karenanya sering kali ditemua sedikit darah pada air liur komodo. Air liur ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal bagi sejenis bakteri mematikan yang hidup di mulut komodo.
    Lidah komodo panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan berukuran lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata. Sementara kulit komodo betina berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.
    Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun kurang baik melihat di kegelapan malam. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer.
    Komodo mampu berdiri di atas kedua kakinyaMangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cicak, dan mamalia kecil.
    Biawak komodo (Varanus komodoensis) aktif pada siang hari, walaupun terkadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil terbesar di dunia ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak dekat, dapat berenang menyelam hingga sedalam 4.5 meter. Komodo juga pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang tubuh.
    Habitat dan Persebaran. Komodo atau Ora (Varanus komodoensis) secara alami terdapat di pulau Komodo, Flores dan Rinca, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Pulau-pulau tersebut termasuk dalam wilayah Taman Nasional pulau Komodo yang merupakan salah satu finalis New 7 Wonders of Nature.
    Komodo hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak terbesar ini menyukai tempat panas dan kering. Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya.
    Konservasi dan Populasi. Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan sehingga oleh IUCN Redlist dikatagorikan dalam status konservasi Rentan (Vurnerable). CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produk-produk lain dari hewan ini adalah ilegal.
    Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor, Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak.
    Komodo di tepi pantai Bertolak dari kekhawatiran ini, sejak tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar. Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.
    Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran, berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata, dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang komodo.
    Tentang komodo ini memang tidak ada kata lain selain satwa yang amat unik yang telah dianugerahkan kepada bumi Indonesia. Maka sudah tidak ada tawar menawar lagi kita musti melindunginya. Dan kini, ketika terbuka kesempatan akan pengakuan dunia pada keunikan Taman Nasional Komodo sebagai habitat alami komodo dragon satu yang musti kita lakukan, dukung komodo sebagai salah satu keajaiban dunia.
    Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Reptilia; Ordo: Squamata; Upaordo: Autarchoglossa; Famili: Varanidae; Genus: Varanus; Spesies: Varamus komodoensis


  2.  Taman Nasional Komodo Menjadi Finalis 7 Keajaiban Dunia
    Kita semua patut bangga. Taman Nasional Komodo berhasil menjadi finalis “New 7 Wonders of Nature”. “New 7 Wonders Foundation” mengumumkan pekan lalu, bersama 27 finalis lainnya, TNK berhasil menyisihkan sekitar 440 nomine dari 220 negara.
    “Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Republik Indonesia menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang telah mendukung Taman Nasional Komodo dalam kampanye New 7 Wonders of Nature Tahap I dan II, hingga tanggal 7 Juli 2009,” demikian pernyataan pers Debudpar Senin (27/7).Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang bertindak sebagai “Komodo National Park Official Supporting Committee” akan mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan dunia untuk berpartisipasi aktif memilih (vote) kembali TNK dalam kampanye “New 7 Wonders of Nature”. Besar harapan, Taman Nasional Komodo terpilih sebagai salah satu dari “Tujuh Keajaiban Dunia bernuansa Alam” yang akan ditentukan pada tahun 2011.Pada tahap final kampanye “New 7 Wonders of Nature”, ke-28 finalis akan bersaing kembali tanpa memperhitungkan peringkat dan jumlah suara pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, seluruh masyarakat Indonesia dan dunia yang telah memilih pada tahap I dan II (sebelum 7 Juli 2009), diharapkan untuk kembali menentukan pilihannya. Ada dua cara menentukan pilihan pada tahap akhir ini. Pertama, masyarakat dapat mengunjungi http://www.new7wonders.com dan memberikan suaranya langsung di situs itu. Kedua, pemilihan dapat dilakukan melalui saluran telepon internasional. Caranya, hubungi nomor +41 77 312 4041, setelah pesan selesai dan terdengar bunyi beep tekan kode 7717 untuk memilih Taman Nasional Komodo.
     Exploring Taman Nasional Pulau Komodo
    Pusat Keanekaragaman Hayati Laut di Indonesia


    Terletak 300 km sebelah timur dari pusat budaya Bali, Pulau Komodo adalah bagian yang terpencil tampaknya prasejarah dari negara kepulauan yang luasIndonesia. Bagian dari situs web Mimpi Pulau didedikasikan untuk menjelajahiTaman Nasional Komodo dan Taman wilayah Island, baik di atas dan di bawah gelombang. Pemandu kami dan sumber daya untuk petualangan ini akan ada beberapa ahli di dunia pada Indonesia dan diving. Mereka termasuk penulis KalMuller, ilmuwan / peneliti Dr Gerald Allen, menyelam pemimpin luar biasa LarrySmith, dan Rahasia Laut Visions fotografer Burt Jones dan Maurine Shimlock.
    Rumah bagi populasi liar lebih dari 5.000 Komodo, sebuah dek berjalan turTaman Nasional Pulau Komodo adalah sebuah pengalaman seperti tidak lain.Aroma bumi yang terbakar matahari dan suara berdekut aneh, burung-burungeksotis magapode terbang akan tinggal bersama Anda selama bertahun-tahunsetelah. Berjalan di dasar sungai kering, Anda dapat melihat gua-seperti nagasarang, menjaga mata keluar untuk perampokan pribadi yang mendekati dari hutan. Semangat gunung ketika Anda mendekati naga “makan stasiun,” di manaAnda menyertainya Park Ranger mungkin harus menangkis naga penasaran(lapar?) Dengan staf gemuk kayunya. Kesempatan untuk melihat dan memotretmakhluk-makhluk yang luar biasa dan menakutkan, harfiah tatap muka, adalah pengalaman wisatawan tidak akan segera lupa.



    Di bawah lautan sekitarnya, para ahli percaya Komodo mengandung konsentrasiglobal yang puncak laut keanekaragaman hayati. Akibatnya, Komodo adalah surga bagi petualang scuba diving. Berikut ini adalah sebuah tayangan beberapaditulis oleh ahli penyelam dan pro-fotografer Maurine Shimlock, “Kami masukkan air transparan dingin, meninggalkan lanskap kue purba Komodo panas. Driftingdengan mudah menuruni lereng gunung berapi flamboyan dihiasi dengan karang lunak, kami lolos massa bergelombang dari ikan transparan. Bertengger di massaberwarna pastel karang lunak adalah scorpionfish berenda langka, disamarkansebagai crinoid filter-makan terletak di antara gorgonia Bergerak hati-hati, dan saya sendiri bersedia napas dengan tenang, aku mengangkat kamera untuk mata saya dan mulai. untuk memotret makhluk indah. ”

    Komodo Island



    Taman Nasional Komodo terletak di tengah kepulauan Indonesia, antara pulauSumbawa dan Flores. Didirikan pada tahun 1980, awalnya tujuan utama Taman Nasional adalah untuk melestarikan yang unik naga Komodo (Varanuskomodoensis) dan habitatnya. Namun, selama bertahun-tahun, tujuan untuk Parktelah diperluas untuk melindungi keanekaragaman hayati seluruh, baik darat danlaut. Pada tahun 1986, Taman Nasional dinyatakan sebagai Situs Warisan Duniadan Man and Biosphere Reserve oleh UNESCO, kedua indikasi penting biologisPark.



    Taman Nasional Komodo mencakup tiga pulau utama: Komodo, Rinca dan Padar, serta banyak pulau yang lebih kecil membuat total luas permukaan (laut dan darat)dari 1817km (ekstensi yang diusulkan akan membawa total luas permukaanhingga 2.321 km2). Selain sebagai rumah bagi Komodo, Taman Nasionalmenyediakan perlindungan bagi banyak spesies lain terestrial terkenal sepertiunggas scrub oranye berkaki, sebuah tikus endemik, dan rusa. Selain itu, Taman Nasional termasuk salah satu lingkungan laut terkaya termasuk terumbu karang, mangrove, padang lamun, gunung laut, dan teluk semi tertutup. Habitat inipelabuhan lebih dari 1.000 spesies ikan, sekitar 260 spesies karang pembentukkarang, dan 70 spesies spons. Dugong, hiu, manta ray, setidaknya 14 jenis ikan paus, lumba-lumba, dan penyu laut juga membuat Taman Nasional Komodo rumah mereka.





    Ancaman terhadap keanekaragaman hayati terestrial meliputi peningkatan tekanan pada tutupan hutan dan sumber air sebagai populasi penduduk meningkat 800% selama 60 tahun terakhir. Selain itu, populasi rusa, sumbermangsa yang lebih disukai untuk langka komodo, masih rebus. Praktekpenangkapan ikan yang merusak seperti dengan peledak, sianida, dan memancing kompresor sangat mengancam sumber daya laut Taman Nasionaldengan merusak baik habitat (terumbu karang) dan sumberdayanya sendiri (ikan dan invertebrata saham). Situasi saat ini di Taman ditandai dengan berkurangtapi terus praktek penangkapan ikan terutama oleh nelayan imigran, dan tekanan tinggi pada saham demersal seperti lobster, kerang, kerapu dan napoleon.Polusi, mulai dari kotoran mentah untuk bahan kimia, meningkat dan dapat menimbulkan ancaman besar di masa depan.
    Saat ini, Balai Taman Nasional PKA Komodo dan PT. Putri Naga Komodobekerja sama untuk melindungi sumber daya yang luas kawasan. Tujuan kami adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati Taman Nasional (baik laut dan darat) dan stok pembibitan ikan komersial untuk penambahan sekitar daerah nelayan. Tantangan utama adalah untuk mengurangi baik ancaman terhadapsumber daya dan konflik antara kegiatan yang tidak kompatibel. Kedua belah pihak memiliki komitmen jangka panjang untuk melindungi keanekaragaman hayati laut Taman Nasional Komodo.

Sasando

Anda sudah tahu banyak apa itu musik sasando? Bagi masyarakat Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, tempat asal usul musik sasando, musik tersebut sangat dikenal sebagai musik keseharian. Musik itu berbahan baku daun pohon lontar. Di Pulau Rote, pohon lontar pada saat ini bukan saja dijadikan sumber kehidupan karena menghasilkan tuak, sopi, gula lempeng, gula semut, wadah pembungkus tembakau/rokok, tikar, haik, sandal, topi, atap rumah, dan balok bahan bangunan, melainkan lebih dari itu dianggap punya nilai lebih karena daun pohon lontar makin sering dijadikan resonator musik yang dikenal dengan sebutan sasandu atau sasando.

Asal mula alat musik langka itu, menurut banyak tokoh adat di Pulau Rote, telah dikenali sejak Rote menjadi bagian dari daerah kerajaan. Dalam legenda memang muncul banyak versi mengenai sejarah munculnya sasando. Konon, awalnya adalah ketika seorang pemuda bernama Sangguana terdampar di Pulau Ndana saat pergi melaut. Ia dibawa oleh penduduk menghadap raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni yang dimiliki Sangguana segera diketahui banyak orang hingga sang putri pun terpikat. Ia meminta Sangguana menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Suatu malam, Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah bentuk maupun suaranya.

Diilhami mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat musik yang ia beri nama sandu (artinya bergetar). Ketika sedang memainkannya, Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan, dan Sangguana menjawab, "Sari Sandu". Alat musik itu pun ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian menamakannya Depo Hitu yang artinya sekali dipetik tujuh dawai bergetar.

Keindahan bunyi sasando mampu menangkap dan mengekspresikan beraneka macam nuansa dan emosi. Karena itu, dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur, sasando adalah alat musik pengiring tari, penghibur keluarga saat berduka, menambah keceriaan saat bersukacita, serta sebagai hiburan pribadi. Kini musik sasando dikenal sebagai alat musik yang menghasilkan melodi terindah dari Pulau Rote.

Secara umum, bentuk sasando serupa dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi. Tetapi, tanpa chord (kunci), senar sasando harus dipetik dengan dua tangan, seperti harpa. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas, sementara tangan kanan memainkan accord. Ini menjadi keunikan sasando karena seseorang dapat menjadi melodi, bass, dan accord sekaligus.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Melingkar dari atas ke bawah tabung adalah ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) direntangkan dan bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Tabung sasando ini diletakkan dalam sebuah wadah setengah melingkar terbuat dari daun pohon gebang (semacam lontar) yang menjadi tempat resonansi sasando. Hingga kini, semua bahan yang dipakai untuk membuat sasando terbuat dari bahan alami, kecuali senar dari kawat halus.

Jenis-jenis sasando dibedakan dari jumlah senarnya, yaitu sasando engkel (dengan 28 dawai), sasando dobel (dengan 56 dawai, atau 84 dawai), sasando gong atau sasando haik, dan sasando biola. Karena itu, bunyi sasando sangat bervariasi. Hampir semua jenis musik bisa dimainkan dengan sasando, seperti musik tradisional, pop, slow rock, bahkan dangdut. Ada kalanya perbedaan pada cara permainan tipe sasando tertentu tergantung gaya permainan di tiap daerah, kemampuan pemain dan tidak adanya sistem notasi musik, khususnya untuk sasando gong.

Terdapat dua jenis ensembel sasando, yaitu yang terdapat di Pulau Rote, di mana sasando dimainkan untuk mengiringi nyanyian dan tabuhan gendang. Sedangkan di Pulau Sabu, dua buah sasando dimainkan bersamaan dengan iringan vokal, tetapi tanpa gendang. Dengan bentuknya dan bahan bakunya yang sederhana itu, tak aneh jika warga Australia dan Portugis setiap berkunjung ke NTT selalu membeli sasando. Musik itu kemudian menjadi musik kebanggaan di negerinya.


Kain Tenun Tradisional NTT

13807936691369069240









Mungkin tidak banyak yang tahu tentang Tenun Buna. Tenun Buna adalah Tenun dari daerah NTT dan masing2 daerahnya mempunyai ciri khas tenunan masing2. Proses menenun adalah merupakan kegiatan memasukkan benang secaraa horisontal dengan pealatan kayu, sedemikian sehingga benar2 tersebut melalui tangan seorang penenun, mampu berkolaborai menjadi sebuah kain yang sangat indah! Dan menurut referensi yang aku baca, menenun dalam pembuatannya tiak bisa sembarangan, dengan proses ritual ( doa sakral ), sehingga kain tenunan itu bukan sekedar kain biasa, melainkan kain yang mempunyai ‘jiwa’.
Ketika pertama kali aku melihat kain Tenun Buna dari Nusa Tenggara di sebuah gallery seni di Bali beberapa tahun lalu,aku benar2 langsung jatuh cinta! Warna2nya sangat menarik! Semua warna ada disana, dengan motif2 yang khas dari daerah Buna, NTT.
Aku bertanya pada penjaganya, berapa tenun seperti itu, dengan besar sekitar 100 cm x 200 cm. Waktu itu sekitar tahun 2005. Aku lupa jawabnya, tetapi yang aku ingat harganya tidak terlalu mahal. Sehingga, aku langsung berkeliling di toko2 seni atau toko kain untuk mencari Tenun Buna, dan aku membeli beberapa tenun untuk dijadikan koleksiku, secara aku memang cinta kain2 tradisional. Beberapa tenunan itu aku jadikan baju, dan sampai sekarang masih aku pakai, karena benar2 indah!

Jaman dahulu, tenunan ini tidak bisa dipakai dengan sembarangan, seperti juga tenun2 dari daerah lainnya di Indonesia ( lihat tulisanku Ulos Batak’ : Salah Satu Kain Tradisional Indonesia Selain Batik, yang Juga Sarat Makna dan ‘Tenun Songket Bali’ : Budaya dan Tradisi yang Menambah Cantik Indonesia ). Kain2 itu hanya bis dipakai oleh kalangan tertentu serta disertai dengan ritual tertentu. Bahkan menurut beberapa teman dari NTT,  waktu itu bagi orang2 yang bisa memakai tenun, juga motifnya tidak sembarangan, karena si pemakai dengan motif tertentu menunjukkan kepribadiannya : berwibawa dan pastinya berkepribadian yang baik.
Jika kita melihat Tenun Nusa Tenggara secara keseluruhan, akan banyak sekali motif2nya. Dari binatang2 yang ada disana, termasuk motif2 Komodo. Eh, jangan salah! Komodo yang terlihat besar sekali, seperti cicak atau kadal raksasa, jika dijadikan motif tenun aan sangat berberda dan cantik sekali! Ini contoh selendangku motif Komodo, yang aku sangat suka! Belum lagi dengan motif2 kesenian Nusa Tenggara. Tetapi Tenun Buna sedikit berbeda.

13807937461228817323

Jika Tenun2 yang lain dari Nusa Tenggara, khusus untuk tenun Buna ( dari NTT ) dan Tenun Bima ( dari NTB ), desain dan warnanya sangat menarik hati. Untuk tenun2 yang lainnya berlatar belakang warna2 tanah dan natural, dengan kombinasi desain kesenian dari sana. Tetapi untuk Tenun Buna dan Tenun Bima, latar belakang warna adalah warna2 cerah. Dikombinasi dengan paduan semua warna. Pun jika latar bekarang warna hitam, maka kombinasi desainnya adalah warna warni!

1380793800332315760

13807938661620622900

Motifnya lebih sederhana cenderung klasik konteporer. Sedikin modern jika kita lihat motif2 garis, segitiga, lingkaran ataupun bunga2 beraneka warna. Cantik sekali!

Jika Songket Bali membuat mata menjadi ’silau’ dengan kemewahannya, Tenun Buna membuat mata kita cerah ceria karena warna warninya yang luar biasa!
1380793935204412664

Songket Bali, mencerminkan kemewahan tiada tara! Harganya sangat mahal. Desainnya benar2 mewah, klasik dan banyak memakai beang emas atau perak. Itu yang membuat Songket Bali sangat mahal dan mewah.

1380793989147593011

Tetapi Tenun Buna, desainnya lebih konteporer, cenderung modern, dengan warna2 yang sangat menarik dan cantik! Harga Tenun Buna ini sekarang memang lebih mahal dibandingkan Tenun2 Nusa Tenggara yang lain, tetapi masih di bawah Songket Bali.
Apalagi, kain2 tradisional benar2 sedang ‘booming’. Terbukti, semakin seringnya komunitas kain trandisional terus berpameran dan mengundang decak kekaguman bukan hanya warga lokal saja, tetapi semua oang. Siapa yang tidak tertarik dengan kain2 tradisional ini?
Kain adat dimanapun, biasanya berfungsi, selain sebagai busana lokal sehari2, juga untuk upacara adat, mahar perkawinan, juga wujud penghargaan serta status sosial karena harganya relatif mahal. Atau juga untuk barter kehidupan sehari2 disana. Bayangkan, untuk menenun kain sekitar 1 baju, waktunya atara 1 atau 2 bulan. Bagaimana tidak mahal?
Secara teknik dan desain, ada 3 sebutan untuk Tenun Buna Nusa Tenggara : Tenun Ikat, Tenun Buna dan Tenun Sotis. Cri khasnya benar2 jelas dengan motif konteporer.

1. Tenun Buna Ikat

13807943552016313211

Jelas ssekalidengan ikatan2 memanjang, dengan detail2 konteporer kotak2. Ukurannya pun berlainan, tergantung dengan si penenun. Tetapi semuanya berkisar antara 1.00 m x 2.00 m. Warnanya sangat menarik hati, apalagi kesan etnis benar2 membuat kecintaan akan Indonesia bertambah besar!

2. Tenun Buna

13807944491853302320

Motifnya besar2, sepeti kotak2 bertumpuk, keren sekali. Jika dibuat baju panjang seperti jas pangjang atau tas, pasti keren sekali! Atau cukup anya disimpan dan jika mau selalu diangin2kan. Lalu jika keluar kota berhawa dingin, Tenun ini bisa untuk selimut, sambil berjalan2 ….. hmmmmm ……

3. Tenun Buna Sotis

13807945181548651162

Alur2nya memanjang, lebih cocok untuk selendang. Atau rok panjang serta untuk kain kebaya. Kombinasi dengan atasan dan Kebaya Jawa, akan menambah keindahan Indonesia!
Kain Tradisonal seperti ini, apakah tidak akan yang ingin melestarikannya? Aku sangat ingin untuk membantu melestarikannya! Sebuah kain tenun budaya Indonesia seperti ini, bukan seperti kain2 buatan pabrik. Jika buatan pabrik, semuanya bisa sama, tetapi kjika Tenun tradisional, sam sekali tidak mungkin sama! Untuk 1 kain tenun, ya hanya itu satu-satunya! Semuanya bergantung kepada si penenun, dan sekarang hanya sedikit penenun2 tradisional disana, karena anak2 mereka seiring dengan perkembangan jaman, sudah merantau ke Pulau Jawa, dan sepertinya tidak ingin meneruskan tradisi keluarganya sebagai penenun, sehingga kain Tenun semakin lama semakin mahal ……


13807946171210416670

Siapa yang tidak tertarik dengan tas warna warni dari Tenun Buna NTT ini? Dan ini tidak ada yang lain! Hanya satu-satunya! Luar biasa, Indonesia!
Untukku sendiri, Kain2 Tradisional Indonesia merupakan warisan yang ‘hidup’ dan dihidupi oleh kita yang peduli. Karena jika tidak, kain2 tradisional ini akan punah di terjang jaman. Seharusnya, bukan hanya anak2 si penenun saja yang mewariskan budaya ini, tetapi kita semua lah yang  harus menurunkan dari generasi ke generasi, dari komunitas ke komunitas yang lain, untuk keberlangsungan budaya, sebagai identitas Indonesia.
Karena menggunakan Kain Tenun, merupakan upaya untuk menghormati keanekaragaman budaya dan kreatifitas manusia, khususnya Indonesia. Bagiku, tidak ada kain tradisional yang lain di semua negara secantik Kain2 Tradisional Indonesia ……
Jadi, banggalah sebagai Manusia Indonesia! Keaneka-ragaman kesenian dan budaya ini, akan menjadi warisan dunia! Dan itu berarti, Indonesia akan sebagai negara yang disegani dalam berbudaya, khususnya untuk Kain2 Tradisional …..